5 Kesalahan Financial

1. Tak peduli pendidikan
Memberikan pendidikan agama maupun umum kepada anak adalah kewajiban orang tua. Yang disayangkan, masih ada yang menganggap pendidikan sama sekali tidak penting. Alih-alih mendaftarkan anaknya bersekolah dan membeli seragam, malah beli sepeda motor baru untuk si anak bergaya. Memang, ijazah sekolah bukan jaminan dapat pekerjaan layak. Namun pastinya, sekolah memberikan wawasan dan pengetahuan. Sehingga sikap, pandangan hidup dan pengambilan keputusan orang yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak pernah sekolah. Inilah yang menentukan kesuksesan dunia akhirat bagi anak, apapun profesinya.

2. Kebiasaan bersenang-senang dan tampil glamor

Sebagian orang punya kebiasaan ini. Karena dorongan keluarga, tuntutan profesi, atau gengsi. Mereka tampak hebat, namun hidup dari hutang. Berbelanja dengan kartu kredit, berhutang dengan mengagunkan gaji bulanan, rumah atau mobil. Ambil satu pinjaman besar untuk menutup sejumlah hutang yang kemudian diangsur dalam jangka waktu lebih panjang. Satu pinjaman lunas, ambil pinjaman lagi. Motto hidupnya: “Gak ada hutang, gak semangat kerja”. Tak bisa membedakan hutang produktif dan hutang konsumtif. Hobi mereka berbelanja pakaian dan perabotan rumah, gonta-ganti kendaraan, renovasi rumah, serta rutin menggelar berbagai pesta dan hajatan.

Masalah besar muncul ketika biaya mempertahankan gaya hidup makin tinggi, padahal pendapatan tetap atau anjlok. Pertengkaran suami istri memanas. Saling menyalahkan dan menuntut pasangan untuk cari uang lebih banyak. Berdasarkan survey, mulai dari masyarakat kelas bawah hingga artis terkenal, 70 % perceraian disebabkan masalah keuangan.

3. Hidup di garis merah keuangan

Masalah keuangan yang sering terjadi bukan tentang jumlah uang yang diterima, tapi bagaimana mengelola dan membelanjakan uang. Ketika pendapatan bertambah, biasanya, gaya hidup berubah pula. Misalnya, dulu tidur malam cukup dengan hembusan kipas angin, kini pakai AC. Dulu kontrak rumah sederhana, sekarang kontrak rumah yang lebih besar. Jadi, berapapun pendapatannya, masih saja kurang.

Kebanyakan, orang menghabiskan semua penghasilan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Sama sekali tak ada yang disisihkan untuk investasi dan dana darurat. Keuangan keluarga berada di batas garis merah. Masalah serius muncul ketika ada kejadian tak terduga. Misalnya, anggota keluarga sakit, baru ingat kalau masa kontrakan rumah hampir habis, atap rumah nyaris roboh karena dimakan rayap.
4. Serakah dan sembrono berinvestasi

Manusia punya kelemahan besar soal keuangan: sifat serakah. Harta berlimpah, tak usah bekerja, tercapai sesingkat mungkin. Sifat serakah ini yang dimanfaatkan para penipu hingga orang jadi korban investasi. Multilevel marketing abal-abal, arisan yang tak jelas, penggandaan uang, hingga investasi bisnis dengan janji keuntungan berkali lipat dari deposito bank. Para korban penipuan merata dari yang tak pernah sekolah, hingga yang bergelar doktor dan pengusaha kaya. Mengapa itu bisa terjadi? Sifat serakah telah mengalahkan logika. Sehingga, mereka menginvestasikan uang dengan sembrono. 

5. Mengajarkan kesalahan-kesalahan finansial kepada anak cucu

Orang sering mengira bahwa menjadi kaya itu bakat turunan, berkaitan dengan genetik kromosom, atau etnis tertentu. Kalau orang tuanya kaya, anaknya pasti juga kaya. Kalau orang tua miskin, anak cucu hingga cicit tujuh turunan tetap saja miskin.

Padahal, kunci kesuksesan adalah pendidikan. Tak hanya pendidikan umum, namun juga pendidikan finansial dan skill mengelola uang. Ingatlah, anak-anak adalah peniru yang hebat. Mereka selalu meniru perbuatan orang tua. Jika orang tua melakukan 4 kesalahan finansial di atas, mereka melakukan pula di masa depan. Jika orang tuanya cerdas mengelola uang, mereka pun akan melakukan hal yang sama. Dasar-dasar kecerdasan finansial diajarkan melalui pendidikan di dalam rumah. Yakni, keteladanan orang tua.

Oleh : Zainun Nasich ( Koordinator Guru Qur'an SD Luqman Al Hakim Hidayatullah Surabaya)






Share To:

Hidayatullah Surabaya

Hidayatullah Surabaya merupakan lembaga pendidikan Islam berbasis pesantren. Sekolah Islam yang ada di Surabaya yang berbasis Pesantren sehingga sekolah islam mampu menyatukan antara IMTAQ dan IMTEK

Post A Comment: